OKE Garden – Startup Industri Pertamanan Pertama di Indonesia
Beberapa tahun belakangan ini, media sering sekali memberitakan segala hal tentang start up. Tentang unicorn, decacorn, sosok-sosok CEO inspiratif, demonstrasi, pengangkatan menteri, tempat kerja yang cozy, dan lain sebagainya. Walaupun kamu bukan seseorang dengan latar belakang ekonomi atau bisnis, kata start up pastinya sangat familiar terdengar, kan? Sebenarnya, apa sih start up itu? Kenapa banyak sekali bisnis yang ‘mengaku’ sebagai start up?
Jadi, dilansir dari www.investopedia.com, start up sejatinya adalah perusahaan yang berada di stase pertama dalam pengoperasiannya. Perusahaan-perusahaan ini seringkali dibiayai oleh founder-nya sebagaimana mereka mencoba memanfaatkan pengembangan produk atau layanan yang menurut mereka terdapat permintaandi dalamnya. Selanjutnya dilansir dari www.forbes.com, CEO dari Warby Parker mengungkapkan definisi lain yaituperusahaan yang bekerja untuk menyelesaikan suatu masalah dimana keberadaan solusi belum jelas ditemukan dan tidak terdapat garansi akan kesuksesan. Jadi, secara garis besar, startup dapat dikatakan sebagai perusahaan yang sedang merintis dengan sejuta tekad tanpa garansi. Tetapi bukan hanya sekedar rintisan bisnis jual-beli seperti di Pasar Tanah Abang, karena startup bukan hanya berbicara tentang omset dan profit, startup juga berbicara tentang memecahkan solusi dan membuat ekosistem.
Loh kok tiba-tiba ngomongin startup sih? Apa nyambungnya?
Tidak jarang yang mengira OKE Garden dibangun hanya untuk menjadi sebuah bisnis pada umumnya, menjual barang dan jasa, kemudian mencari pembeli. Ya memang pasti pada dasarnya semua bisnis seperti itu. Tetapi, kami sebenarnya dimulai karena keresahan akan industri pertamanan di Indonesia. Besar, berpotensi, tetapi kasat mata. Beberapa kali OKE Garden mengikuti coaching, pitching, dan expo-expo startup, dan beberapa kali pula bisnis OKE Garden dikritik, diapresiasi, dimotivasi, dan kadang dianggap sebelah mata. Tentunya hal tersebut merupakan hal yang wajar, mengingat industri pertamanan bukan merupakan industri yang familiar dibandingkan dengan industri transportasi atau perdagangan misalnya. Tapi itu semua memang bagian dari proses menuju ekosistem yang sedang ingin kami ciptakan. Kalau sekarang rasanya masih banyak sekali masyarakat yang berpikir bahwa memikirkan kehijauan lingkungan apalagi skala rumah dapat dinomor seribukan. Toh membangun taman di rumah gak membuat lahan hutan produktif berhenti dibabat habis oleh industri. Tapi mari kita berpikir sedikit lebih sempit dan kritis bahwa segala tindakan dapat dimulai dari anak tangga yang ada di depan mata kita. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sendiri sudah terdapat pada UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan kita sebagai masyarakat bertempat tinggal memiliki andil di dalamnya. Tertera pada peraturan bahwa proporsi minimal RTH pada perkotaan adalah sebesar 30% (20% RTH publik dan 10% RTH privat). Tempat tinggal kita semua baik itu rumah, apartemen, kondominium, kontrakan, kosan, merupakan ranah privat. Jadi apabila terdapat ruang terbuka di tempat tinggal kita, sudah sewajarnya kita turut menyumbang angka dari 10% itu.
Lalu apakah industri taman merupakan industri yang metropolis atau Jakartasentris? Tentu tidak. Selain karena peraturan terkait persentase minimum RTH ini merupakan peraturan skala nasional, isu mengenai tangan dingin yang kasat mata di balik industri taman juga terjadi tidak hanya di Jakarta dan sekitarnya. Begitu pun dengan permintaannya. Maka rasanya cukup janggal apabila kami terusterusan hanya berfokus pada Jakarta dan sekitarnya. Membuka lembaran 2020 ini, kami melangkah sedikit lebih jauh ke beberapa kota seberang seperti Bandung, Surabaya, dan Malang. Menariknya, hal tersebut bukanlah suatu hal yang bersifat spontanitas, karena target kami memang ingin merangkul satu Indonesia secara perlahan demi perlahan. Niat kami memang nyata dan itu semua bukanlah suatu kebetulan semata. Kami ingin memberi dampak seluas-luasnya, mengenalkan orangorang bertangan dingin kepada masyarakat yang lebih luas lagi.
Jika kita melihat contoh salah satu startup, Go-Jek misalnya, mereka telah berhasil mengenalkan profesi ‘ojek’ dengan berbagai kisahnya yang menarik. Bagi kalian yang tinggal di pusat kota, tidak mungkin melihat jalan selama 10 detik saja tanpa melihat pemandangan jaket dan helm hijau. Mereka menciptakan kemudahan yang dirasakan dari sisi mitra maupun konsumen. Disadari atau tidak, mereka telah berhasil menciptakan ekosistem di industri transportasi dan jasa.
Jadi, boleh kan kalau ini saatnya OKE Garden untuk merebut masa membuat perubahan serta menciptakan ekosistem yang lebih asri? Yuk mumpung masih hangat-hangatnya bagi kalian yang beruntung dirangkul oleh kami di 2020 ini, langsung coba promo survey dan desain gratis kami!