MENGENAL VERTICAL GARDEN

Di alam, hakekat Vertical Garden sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Pada dinding tebing misalnya sering kita jumpai tumbuhan lumut, paku-pakuan, Suplir tumbuh menempel diatasnya. Hal yang sama juga terjadi pada batang pohon hutan dimana beragam tanaman epifit macam Anggrek dan Simbar menjangan kerap berada di sana. Bahkan rumah-rumah tua di Jakarta kota, dalam kondisi keterbatasan media dan hara ditumbuhi tetumbuhan macam Jambu biji. Memang tanaman ini tak pernah menjadi besar. Tetapi semua itu menunjukan, bahkan dalam kondisi “terhimpit”, tanaman masih bisa tumbuh. Habitat itulah yang kini ditiru dan dimodifikasi dalam Vertical Garden.

Adalah Patrick Blanc asal Perancis yang di anggap sebagai pelopor lahirnya Taman Vertikal ini. Ia berhasil membuat modul sehingga tanaman bisa melekat lewat system perakarannya. Modul tersebut lantas ditempatkan pada semacam rak-rak yang ditata membentuk dinding vertical. Nah pada dinding tersebut ditanam dan ditata beragam tanaman menyerupai taman. Dari sini muncullah istilah vertical garden. dalam perkembangannya, modul tersebut di pasang pada dinding bangunan bertingkat, sehingga bangunan seperti di tumbuhi tetumbuhan hijau.

Beberapa sebutan lain untuk Vertical Garden adalah wall garden, living wall, atau green wall. Untuk sebutan ‘green wall’ lebih tepat ditujukan untuk konsep taman vertikal yang tanamannya tumbuh menjuntai (cascade) atau merambat (climbing) sehingga menutupi permukaan dinding.

Secara fungsi, selain untuk meningkatkan estetika, Vertical Garden juga berperan sebagai insulator panas matahari yang berfungsi menurunkan temperatur udara sekitar.